Sabtu, 06 Agustus 2022

Minggu, 17 April 2022

KULTUM ROMADHON 2022

Jumat, 25 Maret 2022

NGAJI RUTIN BAKDIYATAL JUM’AT MUSLIMAT NU RANTING NGELO (Wasiyatul Mustofa)

NGAJI RUTIN BAKDIYATAL JUM’AT MUSLIMAT NU RANTING NGELO

25 Maret 2022.

Kitab Wasiyatul Musthofa (Hikmah Sholat Jama’ah dan Sholat Dhuha)

 

Wahai Sahabat Ali, hendaklah kamu senantiasa melaksanakan sholat jamaah, karena sesungguhnya sholat jamah di sisi Allah seperti berjalan pada ibadah haji dan umrah. 

Tiada seseorang yang loba (sangat ingin) untuk melaksanakan sholat jamaah kecuali seorang mukmin yang dicintai Allah dan tiada seorang yang benci sholat jamaah kecuali orang munafiq yang benar-benar dimurkai Allah.

 

يَا عَلِيُّ عَلَيْكَ بِصَلَاةِ الْجَمَاعَةِ فَاِنَّهَا عِنْدَ اللّٰهِ كَمَشِيْكَ اِلَى الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ وَمَا يَحْرُصُ عَلَى صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ اِلَّا رَجُلٌ مُؤْمِنٌ قَدْ اَحَبَّهُ اللّٰهُ وَمَا يَزْهَدُ فِيْهَا اِلَّا مُنَافِقٌ قَدْ اَبْغَضَهُ اللّٰهُ

Wahai Sahabat Ali, hamba-hamba yang paling dicintai Allah adalah seorang hamba yang bersujud sembari berdoa di dalam sujudnya.

 

"Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah mendholimi diriku, maka ampunilah dosaku, karena tidak yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau".

 

يَا عَلِيُّ اَحَبُّ الْعِبَادِ اِلَى اللّٰهِ عَبْدٌ سَاجِدٌ يَقُوْلُ فِيْ سُجُوْدِهِ : رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْلِيْ ذَنْبِيْ فَاِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اَنْتَ

Wahai Sahabat Ali, hendaklah kamu senantiasa melaksanakan sholat Dhuha baik di dalam perjalanan maupun di dalam hadir (tidak dalam perjalanan).

 

Karena sesungguhnya tatkala hari kiamat telah tiba, maka menyerulah Dzat yang Maha Menyeru dari atas surga yang mulia, "Di manakah orang-orang yang melaksanakan sholat dhuha ?

 

Masuklah kalian dari puntu Dhuha dengan sejahtera dan aman". Dan tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali Dia memerintahkannya untuk melaksanakan sholat Dhuha.

 

 

يَا عَلِيُّ عَلَيْكَ بِصَلَاةِ الضُّحٰى فِى السَّفَرِ وَالْحَضَرِ فَاِنَّهُ اِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ يُنَادِى مُنَادٍ مِنْ فَوْقِ شَرَفِ الْجَنَّةِ : اَيْنَ الَّذِيْنَ كَانُوْا يُصَلُّوْنَ الضُّحٰى ؟ اُدْخُلُوْا مِنْ بَابِ الضُّحٰى بِسَلَامٍ اٰمِنِيْنَ، وَمَا بَعَثَ اللّٰهُ مِنْ نَبِيٍّ اِلَّا وَاَمَرَهُ بِصَلَاةِ الضُّحٰى

 

Note*

Begitu luarbiasanya Fadhilah Sholat Jama’ah dan sholat Dhuha, sampai-sampai Alloh memposisikan orang yang melaksanakannya sepadan dengan orang yang melaksanakan ibadah haji dan umroh, yakni suatu ibadah penyempurna dalam rukun islam.

 

Yang dalam pelaksanaanya butuh syarat yang berbeda dan luar biasa, selain waktu, tenaga dan biaya yang tidak murah, saat ini ibadah haji dan umroh butuh kesabaran dalam menanti kedatangannya.

 

Bukan hanya satu dua tahun untuk bisa melakukan namun bisa sepuluh, duapuluh hingga tiga puluhan tahun lebih untuk bisa melaksanakannya, itupun belum ada jaminan ibadah haji kita mendapatkan pahala ibadah haji.

 

Namun dalam hal ini (Sholat jamaah dan sholat Dhuha) Alloh memberi suatu peroritas bagi yang mampu dan mau melaksanakannya.

 

Dalam Hadis yang lain Rosululloh menyampaikan

 

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ مَشَى إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ فِي الجَمَاعَةِ فَهِيَ كَحَجَّةٍ وَ مَنْ مَشَى إِلَى صَلاَةٍ تَطَوُّعٍ فَهِيَ كَعُمْرَةٍ نَافِلَةٍ

Siapa yang berjalan menuju salat wajib berjemaah, maka ia seperti berhaji. Siapa yang berjalan menuju salat sunnah, maka ia seperti melakukan umrah yang sunnah.(HR. Ath-Thabrani)

 

Dalam Riwayat Imam Buhori Rosululloh juga menjelaskan:

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لَا يَنْصِبُهُ إِلَّا إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ وَصَلَاةٌ عَلَى أَثَرِ صَلَاةٍ لَا لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِي عِلِّيِّينَ

 

Artinya: "Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk melaksanakan sholat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang haji yang sedang ihram, dan barangsiapa yang keluar dari rumahnya untuk melaksanakan sholat Dluha, dia tidak mempunyai niat kecuali itu, maka pahalanya seperti orang yang sedang umroh.

 

Dan menunggu sholat hingga datang waktu shalat yang lain yang tidak ada main-main di antara keduanya, maka pahalanya ditulis di 'Iliyyin (kitab yang mencatat segala perbuatan orang-orang yang berbakti." (HR Bukhari).

 

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ , تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ  (رواه الترمذي)

 

Artinya: "Barang siapa yang sholat Shubuh berjamaah, kemudian duduk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian duduk dua rakaat, maka baginya pahala bagaikan pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna dan sempurna." (HR Tirmidzi)

 

Dalam kesempatan ini kita hanya bisa berharap dan terus banyak berdo’a semoga kita di beri kekuatan oleh Alloh, agar bisa menjalankan Sholat jamaah dan sholat Dhuha dengan istiqomah, Amiin.

Wallohu A’lamu Bishowab

 

 

 

 

Pemateri:

De badruns

Katib Syuriyah MWCNU Margomulyo

 

Rabu, 16 Maret 2022

Kamis, 10 Maret 2022

ORANG ALIM YANG DI PERINGATKAN RASULULLAH

ORANG ALIM YANG DIPERINGATKAN RASULULLAH

 

بسم الله الرحمن الرحيم

 

Wahai anakku, Memberi nasehat itu mudah, yang sulit adalah menerimanya karena nasehat bagi orang yang menuruti nafsunya terasa pahit, sebab larangan-larangan itu justru  dicintai dalam hatinya.

 

Terlebih bagi seseorang yang mencari ilmu sebagai formalitas, sibuk pada prioritas nafsu dan prestasi keduniawian.

 

ايها الولد، النصيحة سهلة والمشكل قبولها، لانها في مذاق متبعي الهوى مرة. اذ المناهي محبوبة في قلوبهم، وعلى الخصوص لمن كان طالب العلم الرسمي ومشتغلا في فضل النفس ومناقب الدنيا.

Ia meyakini bahwa keselamatan dan kebahagiaannya hanya dengan ilmu saja tanpa  perlu mengamalkan.

Yang demikian itu merupakan keyakinan para filosof.

( Maha Suci Allah Yang Maha Agung).

 

Orang yang terbujuk ini tidak mengerti bahwa saat ia memperoleh ilmu tanpa diamalkan terdapat dalil yang kuat seperti sabda Rosululloh SAW:

 

Manusia yang paling berat mendapatkan siksa di hari qiyamat adalah orang yang mempunyai ilmu yang ilmunya tidak diberi kemanfaatan oleh Allah.

 

فانه يحسب ان العلم المجرد له سيكون نجاته وخلاصه فيه. وانه مستغن عن العمل وهذا اعتقاد الفلاسفة سبحان الله العظيم- لا يعلم هذا المغرور انه حين حصل العلم اذا لم يعمل به تكون الحجة عليه آكد كما قال رسول الله صلى الله عليه وسلم- : اشد الناس عذابا يوم القيامة عالم لا ينفعه الله بعلمه.

 

Saudaraku yang di rohmati Alloh, dari penjelasan Imam Ghozali di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa kiranya ilmu yang sudah kita terima dari Alloh ini senyatanya selain sebagai anugrah yang tak terhingga, di sisi lain keberadaan ilmu ini juga merupakan tanggungjawab yang harus kita tunaikan dalam bentuk pelaksanaan dalam kehidupan kita di dunia ini.

 

Kenapa demikian ? Hal ini semata-mata sebagai wujud tanggungjawab sebagai orang yang berilmu dan diharap bisa menjadi Uswatun hasanah bagi para murid dan ummat muslim secara keseluruhan.

 

Satu contoh sederhana, manakala dalam satu kesempatan sang ustadz menerangkan panjang lebar tentang keutamaan shodaqoh/zakat/wakaf, namun dalam dalam kesempatan yang lain sang ustadz terlihat enggan melaksakan hal itu, manakala kesempatan memungkinkan untuk melaksanakan.

 

Dari sekilas contoh diatas menggambarkan bagaima sebuah ilmu yang pernah di paparkan secara panjang lebar mengalami satu penghianatan dan pemiskinan uswatun hasanah.

 

Diriwayatkan bahwa Syaikh al Junaid -qaddasa Allahu sirrahu- dimimpikan setelah wafatnya, lalu ditanyakan padanya: Apa kabar wahai Abul Qosim ?

 

 Beliau menjawab "Telah binasa ibarat-ibarat itu dan telah lenyap isyarat-isyarat itu, tidak ada yang bermanfaat bagiku kecuali rakaat-rakaat kecil di tengah malam".

 

وروي أن الجنيد قدس الله سره- رؤي في المنام بعد موته فقيل له: ما الخبر يا أبا القاسم ؟ قال: طاحت تلك العبارات وفنيت تلك الاشارات وما نفعنا الا ركيعات ركعناها في جوف الليل.

Dari kisah Syeh junaid ini mengisyaratkan bahwa sebesar dan sebanyak apapun Ilmu yang kita miliki ternyata hanya ilmu yang kita amalkan yang mempunyai arti di hadapan Alloh SWT saat kita sudah wafat menghadapnya.

 

Walaupun Rokaat rokaat kecil yang mampu kita laksanakan maka ini akan di tampakkan sebagi amal kebaikan kita di hadapan Alloh. Begitulah sebaliknya.

 

Wahai anakku, Janganlah kamu menjadi muflis (orang yang bangkrut) dari amal perbuatan dan jangan pula kosong dari ahwal[1]. Yakinlah ilmu tanpa amal tidak akan bisa membantu.

 

Hal itu dicontohkan apabila ada seorang laki-laki di tengah hutan sambil memiliki sepuluh pedang Hindia dan beberapa senjata lain sementara itu ia pun seorang yang pemberani dan ahli perang.

 

Kemudian ia disergap harimau yang besar dan ganas. Apa yang kamu pikirkan? Apakah senjata-senjata itu bisa menghalau kebuasan harimau tanpa digunakan dan dipukulkan?

 

Tentu sudah jelas bahwa senjata tersebut tidak bisa menghalau kecuali digerakkan dan ditebaskan.

 

ايها الولد، لا تكن من الاعمال مفلسا ولا من الاحوال خاليا وتيقن ان العلم المجرد لا يأخذ باليد. مثاله لو كان على رجل في برية عشرة اسياف هندية مع اسلحة اخرى وكان الرجل شجاعا واهل حرب. فحمل عليه اسد عظيم مهيب، فما ظنك؟ هل تدفع الاسلحة شره عنه بلا استعمالها وضربها؟ ومن المعلوم انها لا تدفع الا بالتحريك والضرب.

 

Tamsil ilmu yang tak di manfaatkan Di era milenial saat ini pun bisa di contohkan dengan banyaknya di jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari orang memegang Android namun tak banyak memberikan dampak kebaikan dalam kehidupan duniawinya. Karena banyak ilmu/fitur android yang tidak di operasikan/lakukan.

 

Keberadan Android baru sebatas untuk kemewahan gaya hidup, bukan untuk meningkatkan kwalitas hidup dalam beribadah.

 

Padahal dalam fitur android yang di sediakan banyak hal kebaikan yang bisa kita lakukan.

 

Begitulah kiranya, dalam kenyataan sehari-hari kita punya banyak khasanah keilmuan yang bisa menunjang kemudahan bagi kita untuk mengakses kebaikan dunia dan ahirat, namun dalam kenyataannya tak banyak fitur ilmu yang kita punyai itu kita operasikan.

 

Begitu juga apabila seseorang membaca, mengkaji 100.000 masalah keilmuan tanpa dipraktekan, maka semua itu tidak akan memberi manfaat sampai ilmu itu diamalkan.

 

Sebagai contoh lagi jika seseorang terkena demam dan penyakit empedu (penyakit kuning) yang obatnya adalah dengan tumbuhan sakanjabin dan kaskab maka ia tidak akan sembuh kecuali dengan mengkonsumsi keduanya.

 

فكذا لو قرأ رجل مائة الف مسألة علمية وتعلمها ولم يعمل بها لا تفيد الا بالعمل. ومثله ايضا لو كان لرجل حرارة ومرض صفراوي يكون علاجه بالسكنجبين والكشكب فلا يحصل البرء الا باستعمالهما.

Jika engkau menakar 2000 kati arak, hal itu tidak akan menjadikanmu mabuk ketika kau tidak meminumnya.

كرمي دو هزار رطل همي يمائي * تامي نخورى نباشدت شيدائي.[2]

 

 

Termasuk dalam menghadapi kemaksiatan, manakala protek ilmu yang kita terapkan ini benar-benar di amalkan maka seribu kemaksiatan yang ada di hadapan kita tidak akan mampu menembus benteng keimanan.

 

Karena realisasi atau pelaksanaan dari mencegah kemungkaran ini adalah an-nahyu (Mencegah).

 

Wallahu Alam Bisshawaab

 

Pemateri: De Badruns.

1. Pengasuh Di MATAWALI Jipangulu

2. Katib Syuriyah MWCNU Margomulyo.

3. Ketua FKPAI KUA Margomulyo.

4. Ketua MUI Kec. Margomulyo.